Senin, 27 September 2010

tugas akhir MK.bioteknologi


PENERAPAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA SISWA KELAS III IPA

PELATIHAN PEMBUATAN Nata De Apple DAN CUKA APEL

Untuk Memenuhi Tugas mandiri

Mata Kuliah : Bioteknologi

Dosen : Ina Rosdiana. M,pd

Disusun oleh :

Tarjo

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON(IAIN)

2010

PENERAPAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

PADA SISWA KELAS III IPA

PELATIHAN PEMBUATAN Nata De Apple DAN CUKA APEL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini, pembelajaran biologi SMA kelas III IPA khususnya marteri bioteknologi di sekolah umumnya tidak mengacu pada penyiapan siswa untuk memiliki pengetahuan dasar dan keterampilan yng dibutuhkan. Kebanyakan guru masih menggunaan pendekatan expository, dimana guru cenderung memberikan onformasi yang berupa teorri, generalisasi, hokum atau dalil-dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Guru membantu siswa memahami pelajaran hanya dengan mreview informasi yang ada pada buku teks.

selama ini maeri bioteknolog hanya diberikan kepada siswa dengan memberikan konsep-konsep tentang Bioteknilogi. Siswa diberikan penjelasan serta diberikan tugas utuk mencari contoh penerapan bioteknologi tanpa melibatkan siswa secara langsung dalam proses penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari, yang nantinya dapat menjadi bekal bagi siswa setelah lulus dari SMA. Hal ini berimbas pada motivasi belajar siswa yang menurun teritama saat ujuan tengah semseter (UTS). Hal ini dikarenakan siswa merasa belum memahami maeri khususnya bioteknologi, yang hanya diberikan secara teoritis saja, tanpa ada pengalaman belajar penerapanya dalam dunia nyata.

Padahal dalam pembelajaran bologi itu sendiri yang diukur bukan hanya pemahaman konsep tetapi juga keterampilan saiuns yang harus dimiliki oleh siswa, sehingga siswa pun dituntut untuk mmenerapkan pembeljran dalam kehidupan sehari-hari. Unuk itu dalam pembelajaran biologi perlu diterapkannya pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang merupakan gabungan dari pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, inkuiri, dan diskoveri, serta pendekatan lingkungan ((Susilo, 1999).

Pendekatan Sain Teknologi Masyarakat (STM) adalah pegajaran sains yang tidak hanya menekankan pada konsep-konsep sains saja, tetapi juga menekankan pada peranan sain dan teknologi didalam berbagai kehidupan masyarakat dean menumbuhkn rasa tanggungjawab sosial siswa terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di masyarakat (Hadiat, 1993).

Masalah-masalah atau isu-isu yang terjadi dilingkungan sekolah terutama dalam bidang bioteknologi selami ini tidak pernah disentuh atu diperhatikan oleh guru ataupun siswa sendiri, karena dalam proses belajar dan mengajar biologi selama ini masih mengggunakan pendekatan penguasaan konsep, sehingga dalam menyampaikan pembelajaran guru terfokus pada buku teks yang telah tersedia. Padahal dalam pembeljaran bioteknologi penerapan sain dan teknologi masyarakat (STM) pada siswa sangat penting sekali, misalnya seperti melalui penerapan pembuatan Nata De Apple dan cuka Apel, yang mana pengetahuan tentang penerapan bioteknologi kepada siswa ini dapat menjadi bekal bagi siswa untuk menghadapi kehidupan yang akan datang atau setelah lulus darri SMA. Salian itu juga dapat memicu kreatifitas siswa untuk menerapkan teknologi sebagai pemecahan masalah yang terdapat di daerah sekitar sekolah ataupun tempat tinggalnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah respon siswa kelas III IPA terhadap penerapan sains teknologi masyarakat melalui pembuatan nata de Apple dan cuka apel dalam memahami dan mengaplikasikan materi bioteknologi?

2. Bagaimanakah prestasi belajar SMA kelas III materi Bioteknologi melalui pembuatan nata de apple dan nata cuka apel?

3. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat yang diberikan hanya pelatihan pembuatan produk dalam bidang biuoteknologi pangan.

C. TUJUAN

1. Diharapkan desain pembelajaran materi bioteknologi melalui penerapan sains Teknologi Masyarakat dengan memberikan pelatihan pembuatan nata de Apple dan Cuka Apel.

2. Dihasilkannya teknologi tepat guna untuk menyelaesaikan permasalahan yang terdapat dalam kehidupsan sehari-hari sebagai penerapan pembelajaran Bioteknologi khususnya Bioteknologi bdang pangan (Nata de Apple dan Cuka apel).

3. Menambah wawasan bagi siswa tentang penerapan Bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bioteknonologi dalam bidang pangan melalui penerapan sains teknologi masyarakat dengan memberikan platihan pembuatan nata de apple dan cuka apel.

4. Menambah hasanah keilmuan tentang penerapan sains teknologi masyarakat kususnyan di bidang Bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Dari segi Ekonomi: bias menambah pendapatan siswa ketika diaplikasikan di luar sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKEKAT PROSES BELAJAR MENGAJAR

Proses belajar mengjar merupakan proses inti dari pendidikan formal di sekolah, di dalamnya terjad nteraksi antara beberapa komponen pengajaran. Secara umum belajar dpat diartikan sebagai proses perubahan, akibat interaksi antara indidvidu dengan lingkungan. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterapmilan sikap dan sebagainya. Sedangkan pengertian mengajar adala segala uppaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bag siswa untuk terjadinya proses blajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tel;ah dirumuskan (Ali, 2002).

Belajar itu terjadi dalam keidupan sehari-hari, tidak hanya di sekolah saja, dan belajar itu dapat dilakukan setiap orang, mulai dari anaka-anak sampai dengan orang dewasa. Robert M. Gagne di dalam Ali (2002), mengemukakan untyuk dapat memilih cara belajar yang tepat, guru harus mengenal berbagai tipe belajar, antara lain:

1. Belajar konsep (Conscept learning)

Konsep merupakan symbol berpikir, hal in diperoleh dar hasil membuat saran terhadap fakta atau realita dan hubungan antara berbagai fakta.

2. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Seseorang dapat menyelesaikan masalah yang sederhana melalui melaluin kebiasaan maupun instink seperti halnya binatang, akan tetapi dalam situasi yang sangat sulit, cara it tidak mungln lagi digunakan. Maka dapat ditempuh langkah-langkah cara belajar ilmiah dalam pemecahan masalah.

B. HAKEKAT PENDIDIKAN BIOLOGI

Pendidikan biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu untuk mngembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mampu untu menjelajahi danb memaami alam sektar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan kaselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan memilih informasi secara faktualyang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari (Depdiknas, 2002).
Bekerja secara ilmiah tidak sekedar menumpulkan fakta, membangun teori , atau proses mental dan keterampilan manipulatif. Sains merupakan cara-cara untuk memahami gejala alam yang teruus berkembang. Sains merupakan produk keingnan manusia untuk berimajinasi dan berkreasi. Keadaan manusia dan makhluk lainya di alam sangant dipengaruhi oleh perilku manusi (Depdiknas, 2002).
Depdiknas (2002), dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mengemukakan bahwa fungsi dan tujuan mata pelajaran biologi adalah:

a. Fungsi dan tujuan

· Menanamlan keyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa

· Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah
Mempersiapkan sswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.

b. Tujuan Pembelajran biologi adala agar siswa:

· Mengenal berbagai macam gejala alam, konsep dan keterkaitannya satu sama lain.

· Mengembangkan keterapilan proses.

· Menerapkn konsep-konsep Biologi dalam kehidupan sehari-hari.
Meyadari keteraturan alam untuk mengagungan kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

C. PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

Penggunaan pendekatan sains teknologi dan masyarakat (STM) di sekolah dapat mendorong siswa untuk dapat berpartisipasi langsung dan proaktf dalam upaya pemecahan isu-isu atau masalah yang diadapi serta menyadari implikasi social dan manfaat sains dalam kehidupan nyata sehari-hari, melalui pendekatan Sains teknologi masyarakat (STM), para guru sains di sekolah dapat mendorong terbentknya nilai-nilai dan kesadaran akan tanggung jawab pribadi dan social pada peserta didik sebagai warga negara da warga masyarakat.

Hal tersebut diatas akan tumbuh pada diri siswa apabila siswa mengerti gejala sains yang dipelajari di sekolah dengan peranannya di dalam keidupan nyata. Oleh karena itu alas an yang mendukung diterapkanya pendekatan Sains Teknologi dan masyarakat (STM) adalah terdapatnya suau teori belajar yang menitik beratkan pada pentingnya pengalaman siswa serta penbgetahuan yang telah dimlikinya (Depdiknas, 2002).

Penerapan pendekatan sains Teknologi dan masyarakat (STM) dalam pembeljaran biasanya digunakan dengan bantuan buku petunjuk atau yang disebut dengan perangkat unit sains teknologi. Perangkat tersebut dapat dibuat oleh guru itu sendiri atau meggunakan perangkat yng sudah ada yaitu, menerapkan teknlogi sederhana dalam membantu siswa utnuk memahami maeri pelajaran (Susanto, 1990).

D. PEMBUATAN NATA DAN CUKA APEL SEBAGAI UPAYA PENERAPAN STM

Tinjauan Nata

Nata berasal dari bahasa latin “Natae” yang berarti mengapung-apung. Alaban (1962) dalam Damayanti (2002) mendefinisikan nata sebagai suatu lapisan yang berbentuk padat pada permukaan medium yang mengandung gula. Produk nata tersebut dapat berasal dari bahan-bahan seperti air kelapa, sari nanas, sari jeruk, sari pisang, dan tomat.

Nata merupakan suatu bahan makanan hasil fermentasi oleh bakteri (Acetobacter xylinum) yang kaya akan selulosa, bersifat kenyal, transparan dan rasanya menyerupai kolang kaling. Nata merupakan selulosa bakteri yang terbentuk akibat aktifitas bakteri. Selulosa ini merupakna produk bakteri untuk membentuk slime (menyerupai kapsul) yang pada akhirnya bakteri tersebut terjebak dalam masa fibrilar selulosa tersebut (Budiyanto, 2000).

Pembuatan Nata

Teknik pembuatan nata secara umum dimulai dari penyiapan medium fermentasi sampai dengan pengolahan nata. Medium fermentasi dibuat dalam bentuk cair, sehingga jika bahan calon medium fermentasi berupa zat padat maka harus dihancurkan dan dibuat larutan. Medium fermentasi tersebut kemudian disaring untuk menghilangkan kotoran-kotoran kasarnya dan kemudian direbus pada suhu 80-100oC selama 10-15 menit sambil diaduk. Selama perebusan dilakukan penambahan gula pasir 10%, asam asetat glasial (98%) sampai dengan pH medium mencapai 4-5, amonium sulfat (NH2)2SO4 0,6%, kalium bihidrogenophospat (K2HPO4) 0,5%, magnesium sulfat (MgSO4) 0,02%, pepton atau yeast 0,25%. Setelah medium dingin dilakukan penyaringan yang kedua. Selanjutnya medium fermentasi tersebut diletakkan dalam tempat fermentasi. Kemudian diinokulasi dengan starter dengan konsentrasi 10-15% dan diperam selama 2-4 minggu. Setelah pemeraman selesai maka dilakukan pemanenan dan dicuci bersih dan dilakukan pemotongan sesuai dengan selera, netralisasi rasa asam pada nata dilakukan dengan merendam dalam air, kemudian dimasak dalam larutan gula (50%) (Masitoh, 2005).

Tinjauan Tentang Cuka Apel

Cuka atau (Vinegar) berasal dari istilah bahasa Perancis “Vinaigre” yang berarti “anggur asam” (Plezar dan Chan, 1988).

Cuka apel adalah produk fermentasi asam asetat dari sari buah apel. Produk ini merupakan suatu larutan cuka dalam air yang mengandung cita rasa, zat warna dan substansi yang terekstrak, asam buah, ester-ester, garam-garam organik dari buah, yang berbeda-beda sesuai dengan asalnya (Desrosier, 1988).
Menurut Ranken and Kill (1993), cuka apel adalah produk yang dihasilkan dari dua proses fermentasi berturut-turut, yaitu fermentasi alkohol yang merubah gula menjadi alkohol dan fermentasi asetat oleh mikroorganisme kelompok Acetobacter, merubah alkohol menjadi asam asetat.

Buah Biji-Bijian,

Umbi-umbian

enzim(C6H10O5)n H2O asam x C6H12O6 + y C12H22O11

Pati glukosa maltosa

Mono-Disakarida

Fermentasi alkohol

C6H12O6 khamir

Glukosa/ 2C2H5OH + 2CO2

Fruktosa anaerobik etil alkhol karbondioksida

Etil Alkohol Acetifikasi (oksidasi Etanol)

bakteri C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O

Etanol udara cuka air

Cuka Apel

E. METODE PELAKSANAAN

Secara garis besar kegiatan ini meliputi tiga tahap yaitu

1) Tahap pengenalan dan pelatihan (training) pembuatan produk Nata dan cuka,

2) Tahap praktek (demonstrasi) pembuatan Nata dan cuka,

3) Tahap Evaluasi.

Berikut deskripsi dari tiga tahap pelaksanaan program ini:

1. Tahap persiapan

Tahap ini meliputi persiapan alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan:

Alat yang digunakan:


· Panci

· Kompor gas

· Nampan plastik

· Kertas Koran

· Gelas ukur

· Bunsen


Bahan yang digunakana:


· Buah apel

· Starter nata

· Starter Saccaromyces cereviseae

· Starter Acetobacter acetii

· Gula pasir

· Garam inggris

· Dan bahan pendukung pembuatan nata dan cuka


2. Tahap praktek atau demo pembuatan nata dan cuka

Tahap ini mengenalkan siswa/peserta bagaimana cara membuat nata dan cuka yang langsung dilaksanakan di sekolah (tempat yang ditentukan).
Adapun langkah pelaksanaan secara umum:

cara pembuatan nata dengan bahan baku apel sub grade, meliputi:

1) cara menyiapkan bahan baku cair,

2) cara memasak dan mencampur bahan-bahan pembuat nata,

3) cara inokulasi starter Saccaromyces cereviseae (fermentasi alkohol)cara inokulasi starter (pemberian bibit nata), Acetobacter acetii (fermentasi asam cuka)

4) penyimpanan dan perawatan pembuatan nata.

3. Tahap evaluasi

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui hasil training/pelatihan nata dan cuka (panen hasil) dan mengetahui respon siswa mengenai manfaat pelatihan ini. Adapun langkah pelaksanaan secara umum:

· Panen hasil pembuatan nata dan cuka.

· Cara pengolahan nata dan cuka.

· Penyebaran angket, mengenai tanggapan siswa akan manfaat kegiatan ini untuk menjadi bahan evaluasi.

BAB III

KESIMPULAN

Bioteknologi penerapan sain dan teknologi masyarakat (STM) pada siswa sangat penting sekali, misalnya seperti melalui penerapan pembuatan Nata De Apple dan cuka Apel, yang mana pengetahuan tentang penerapan bioteknologi kepada siswa ini dapat menjadi bekal bagi siswa untuk menghadapi kehidupan yang akan datang atau setelah lulus darri SMA. Salian itu juga dapat memicu kreatifitas siswa untuk menerapkan teknologi sebagai pemecahan masalah yang terdapat di daerah sekitar sekolah ataupun tempat tinggalnya.


Referensi